Biasanya dan Harusnya

Celoteh anak yang bagi orang dewasa mungkin biasa, tapi kalau Icha yang bilang “biasanya” dan “harusnya” jadi ajaib Konsep kata ini rupanya sudah dipahami Icha.Anak Bunda sudah bisa mengoreksi mana yang mesti dilakukan.Koreksi ini karena Icha tidak terbiasa melihat sesuatu yang belum pernah diajarkan atau dilihatnya.


Berkunjung ke tempat Mbah Uti yang saat itu sedang sakit, Icha melihat Mbah minum obat pakai pisang.Mbah memang ngga bisa minum obat pakai air.Saat melihat Mbah minum obat itu, Icha berkomentar.

“Kok minum obatnya pakai pisang, Mbah.Biasanya pakai air!”

“Mbah, ngga bisa pakai air Dhe, mesti pakai pisang ni, kayak gini ni.” Kata Mbah sambil menunjukkan cara makan obat pakai pisang.

“Ya udah, sini Mbah Icha yang bukain obatnya, ya!” Lalu Icha sibuk menggunting beberapa obat Mbah yang mesti diminum.


Saat makan malam, Bunda bikin mie goreng dan kita makan bersama-sama.Ayah makan mie memakai garpu, begitu juga Icha.Sedangkan Bunda memakai sendok. Melihat Bunda yang berbeda sendiri, Icha bilang.

“Kok Mama maem mienya pakai sendok.Harusnya pakai garpu!”

“He..he..ngga harus pakai garpu, sayang.Pakai sendok juga bisa.”

“O, gt.” Icha mencoba memakai sendok tapi ngga bisa, mienya meleset terus.


Melihat baju pak badut Ancol yang tersampir di pagar, Icha bertanya kenapa pak badut kok ada di situ.Bunda cerita ke Icha kalau tadi pak badut loncat pagar tuh waktu mau main ke tempat temennya.Karena ketinggian nyangkut deh di pagar itu.Kata Icha ”Harusnya pakai tangga donk, jangan loncat pagar!”


28 thoughts on “Biasanya dan Harusnya

Leave a comment